[Review] No Game No Life Zero : Cinta dan Sejarah Beraduk Jadi Satu

Pernahkah kalian untuk bermain sebuah gim? atau pernahkan kalian main gim secara fisik? Seberapakah kalian menyukai permainan tersebut? Jawaban yang pasti kalian akan meninggalkannya atau mendalami apa yang kalian suka, bahkan akan menjadi profesi luar biasa kedepannya. Namun apakah pernah berandai-andai adakah dunia yang sederhana seperti gim tersebut. Itulah harapan yang tertancap dalam diri setiap "Human" yang menginginkan dunia sesederhana gim dengan sebuah "Rules".
No Game No Life Zero
No Game No Life Zero
© Madhouse / Kamiya Yuu
Sebuah anime terobosan baru dipersembahkan oleh Madhouse bekerja sama dengan berbagai publisher hampir sedunia (bahkan saya sendiri berterima kasih kepada Odex) untuk menayangkan prequel dari No Game No Life sendiri. Walaupun dalam rute dunia penayangan anime penuh tantangan ini. tetap saja punya fans base kuat, baik baru mengenal maupun belum mengenal No Game No Life. No Game No Life sendiri merupakan light novel Kamiya Yuu yang kuat terkenal hingga sedunia.
 
No Game No Life : Zero atau berjulukan NGNL The Movie sebagai movie pertama NGNL yang mengangkat Light Novel No Game No Life Volume 6. Sebagai fans lama No Game No Life, penantian saya telah terbalaskan setelah penayanganya di CVG Marvel City Surabaya. Sebuah "Film Anime Prequel" cukup menghebohkan sepanjang tahun 2017 ini. Mengapakah saya cukup merekomendasikan anime ini untuk ditonton?
 

Plot

6000 tahun sebelum peradaban Sora dan Shiro di Disboard, Terdapatlah sebuah legenda yang hanya diketahui oleh sebagian kecil ras yang hidup, termasuk hanya Dewa Satu-Satunya, Tet yang mengetahuinya. Pencaturan dan Peperangan antar ras dan dewa dalam "Perang Abadi". Pembantaian demi Pembantaian terjadi dimana-mana, dan hanyalah Manusia yang selalu menjadi korban utama. Sebagai makhluk lemah, mereka berusaha bertahan hidup dengan usaha kerasnya, bahkan dengan harus mengorbankan dirinya.
No Game No Life Zero
Cerita yang sangat sadis
© Madhouse / Kamiya Yuu
Riku, pimpinan koloni Manusia. Pria berambut putih inilah yang harus mempimpin Manusia untuk bertahan hidup. Namun dirinya telah mengorbankan satu-persatu pejuang manusia demi dirinya sendiri. Pengorbanan inilah menyisakan luka teramat dalam. Dalam hati yang hancur, dosa mengingat, dan kemarahan yang luar biasa, Schwi / Shuvi dalam wujud ex-machina datang sebagai obat. Satu-satunya robot ingin merasakan cinta dan hati manusia. Bagaimanakah seterusnya dengan mereka berdua?
 

Dua Persepsi Berbeda

Salah satu hal yang ingin saya tekankan pada cerita yang ditampilkan adalah dua persepsi. Kenapa harus demikian? karena kita sendiri diperlihatkan dua cerita, dua persepsi yang mengarah pada ending berbeda. Namun dengan permasalahan yang sama. Persepsi gue secara pribadi merupakan kombinasi yang hampir sering terjadi dengan hampir serupa, namun tak sama.
 

Kedekatan Percintaan Dua Dunia

Salah satu persepsi pertama gue yang sungguh menguras hingga air mataku dalam bioskop bersamaan dengan penonton ialah Percintaan yang diberikan. Madhouse dan Kamiya Yuu cukup memberikan kedekatan disamping perjuangan "Human" sebagai korban dalam perang ini. Pendekatan antara ras Ex-Machina dengan mencintai Riku sebagai ras Manusia didalamnya.
 
Pendekatan demi pendekatan yang diberikan telah menjadi bagian yang luar biasa di dalam No Game No Life Zero ini. Mengapa tidak? Pendekatan yang penuh dengan emosi cukup luar biasa. Disamping seorang Ex-Machina yang belum pernah merasakan perasaan sekalipun. Robot demi Robot memang seharusnya tidak mengenal akan namanya perasaan disamping Robot memang sangat pandai dalam segala hal. Bukan cuman itu saja yang dirasakan, keadaan yang penuh emosi dicampur dengan Musik yang luar biasa membuat saya sendiri menangis terharu akan hal yang diberikan. Nilai positif kepada Mad House dan Kamiya Yuu.
 

Sejarah Perang Abadi

Persepsi kedua akan No Game No Life Zero disamping pendekatan dua dunia berbeda adalah sejarah. Sebenarnya tujuan utama memberikan No Game No Life Zero adalah perjuangan Riku, Shuvi dan Human dalam merubah dunia tanpa matahari sekalipun. Mahakarya Madhouse Sejarah yang tak akan terlupakan oleh Tet sebagai pemegang kekuasaan Dewa satu-satunya di Disboard.
No Game No Life Zero
Eksistensi Makhluk-makhluk
yang berperang
© Madhouse / Kamiya Yuu
Perang demi perang, tangisan demi tangisan, dan ledakan demi ledakan telah menghancurkan samudera raya, meluluhkan planet dan membunuh semua ras. Termasuk manusia yang menjadi korban utama dalam perang tersebut. Sejarah yang menarik dimana sang korban yang tidak berkemampuan fisik bisa menghancurkan dan bisa merubah dunia. Nilai Plus dan perjuangan yang diberikan kepada MadHouse
 

Pertarungan demi Pertarungan yang memoriable

Dengan latar background sebar merah api, dan perwaranaan yang luar biasa, Madhouse telah membeikan pertarungan yang luar biasa, perjuangan Riku dan Shuvi yang hebat pula. Disamping itu satu-satunya pertarungan yang memoriable adalah saat dimana Shuvi vs Jibril yang bener-bener menegangkan sekaligus berkenang luar biasa.
 
Petarungan antara Shuvi dan Jibril inipun dihiasi dengan pewarnaan, penggambaran, dan musik-musik yang enak untuk dinikmati. Salah satu petarungan yang merubah persepsi orang yang dulu mencintai jibril (saya sendiri juga), akhirnya harus membenci sepenuhnya karena Jibril. Jujur, pertempuran ini harus kalian rasakan sendiri saat kalian menonton No Game No Life Zero sendiri. Nilai plus untuk itu semua.
 

Mari Bicara Sedikit Kekurangan

Setiap anime bahkan manga pasti memiliki kekurangan masing-masing, bahkan sebagian kecil ini akan dirasakn oleh semua orang. Yakni siapakah antagonis utama dalam perang abadi selain semua ras dan kehancurkan dunia. Disini hanya menjelaskan perjuangan Manusia dalam menghadapi perang abadi.
No Game No Life Zero
Perjuangan untuk Humanity
© Madhouse / Kamiya Yuu
Disamping itu, durasi yang dikatakan padat ini masih sedikit meninggalkan bekas dalam memory penonton. Mengapa tidak, proses pendekatan Shuvi dan Riku terbilang cukup singkat disamping durasi menujuk klimaks dinilai cukup. Sehingga pendekatan Shuvi dan Riku kadang berasa Shuvi sendiri yang sangat mendekati Riku hanya sebagai robot belajar hati manusia.
 
Kekurangan demi kekurangan ini secara pribadi telah ditembus oleh berbagai visual maupun satu persepsi yang membuat kekurangan ini cukup tak terlihat sehingga saya sendiri tetap memberikan nilai positif yang cukup tinggi terhadap Movie Anime Pertama No Game No Life Zero ini.
   

Kesimpulan

Sebuah anime yang memiliki segudang kelebihan dimana mengaduk jadi satu antara cinta dan sejarah. Dimana pengadukan ini menghasilkan anime yang sangat baik dna luar biasa. Baik dalam segi cerita hingga pertarungan epic. Sehingga pembawaannya cukup dan sangat tajam untuk ditonton.
No Game No Life Zero
Inilah kisah kami berdua
© Madhouse / Kamiya Yuu
Bahkan menurutku kali ini puna kedekatan karakter yang cukup tajam dan dalam sepanjang anime ini berjalan. Sehingga mudah sekali dinikmati hingga menurutku cukup bagus untuk ditonton.

Kelebihan

  • Pembawaan Cerita yang cukup padat 
  • Pendekatan antara Shuvi dan Riku yang cukup bikin emosi 
  • Setiap adegan meluluhkan perasaan penonton 
  • Pembawaan visualisasi yang menarik dengan dukungan musik yang enak
   

Kekurangan

  • Mari kita Bicara soal itu diatas    

Cocok bagi penggemar : Fans No Game No Life Zero, Penonton yang cukup asing terhadap no Game No life Zero, dan penonton secara umum
  
Tidak Cocok bagi Penggemar : Bagi mereka yang menginginkan hal yang dianggap logis.
  
Terima kasih kepada Mad House, Odex Indonesia, dan Kamiya Yuu dalam membangun Movie Pertama No Game No Life Zero, Ditunggu next season 3.

Bagaimana Pendapat kalian dengan Anime Movie Pertama ini?
 
Sedikit Sumber :
Youtube, Mal
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

0 komentar

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Komentar di Blog ini